Praktik Baik

 Dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih berkepanjangan dan sangat dirasakan dunia pendidikan. Sistem pembelajaran di sekolah pada tahun ajaran baru 2020/2021 yang akan dimulai pada pertengahan Juli 2020 pun belum berjalan normal. Masih banyak daerah tergolong zona merah, kuning dan oranye belum bisa melakukan sistem pembelajaran secara tatap muka. Tentu saja hal ini membuat semua pelaku pendidikan terutama di sekolah berpikir keras apa yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.


Sejak  Bulan Oktober 2021, SMKN 1 Kuala Kapuas mencoba melakukan pertemuan tatap muka terbatas. Dengan jumlah peserta didik yang mencapai 950 an orang tentu hal harus dipikirkan dengan matang. Bersama dengan dewan guru dalam rapat dinas tentang persiapan pertemuan tatap muka, akhirnya pihak sekolah sepakat untuk melakukan uji coba PTMT selama 1 minggu dengan pembagian peserta didik menjadi dua sesi, yaitu sesi pagi 07.00 - 10.00 WIB dan sesi siang 13.00 - 16.00 WIB. Dengan kondisi tersebut, sangat mungkin kedatangan siswa ke sekolah akan dibatasi, baik jumlah hari maupun jumlah siswa per kelas. Uji coba PTMT ini diawali oleh kelas peserta didik pada tingkat X (sepuluh) yang terdiri dari 10 rombongan belajar yang tersebar dalam 5 komptensi keahlian. Minggu berikutnya uji coba PTMT dilaksanakan oleh tingkat XI yang terdiri dari 10 rombongan belajar, dan minggu ketiga ujicoba PTMT dilakukan oleh peserta didik tingkat XII yang terdiri dari 11 rombongan belajar. Pada masa ujicoba PTMT  maupun saat PTPMT dilaksanakan maka setiap kelas hanya diisi oleh 50 % dari jumlah keseluruhan peserta didik yang ada di kelas tersebut saja, 50% nya lagi masuk di sesi berikutnya. Peserta didik  hanya hanya seminggu sekali untuk mengikuti pertemuan tatap muka terbatas di sekolah, selebihnya belajar di rumah.

Demikian juga halnya dengan menerapkan protokol kesehatan berupa menjaga jaga jarak, pada masa PTMT dilaksanakan maka setiap kelas hanya diisi oleh 50 % dari jumlah keseluruhan peserta didik yang ada di kelas tersebut saja, 50% nya lagi masuk di sesi berikutnya. Dengan kondisi seperti ini, para pendidik yang ada di sekolah terus mencari model pembelajaran efektif dan efisien digunakan pada kondisi di tersebut.

Salah satu model yang bisa digunakan adalah flipped classroom (pembelajaran terbalik). 

Flipped classroom adalah model pembelajaran di mana siswa sebelum belajar di kelas mempelajari materi lebih dahulu di rumah sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh guru melalui LMS ataupun kelas maya lainnya. Metode ini juga saya gunakan  ketika ada peserta didiknya  yang tidak hadir di kelas karena sesuatu hal. Sebelum membahas materi yang akan diajarkan, saya memberikan Penugasan terlebih dahulu kepada peserta didik untuk mempelajari materi yang ada dalam media pembelajaran. Model belajar seperti ini membuat siswa dituntut untuk lebih mandiri karena mereka mempelajari bahan terlebih dahulu sebelum ada pertemuan di kelas.  Model ini juga membuat siswa  lebih aktif karena dorongan keingintahuan peserta didik.

Model Flipped Classroom ini juga merupakan pilihan yang tepat untuk  digunakan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Era Industri 4.0. 

Perubahan model belajar ini tentu membutuhkan pelatihan dan kesiapan saya sebagai guru dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Model ini cocok untuk mengoptimalkan waktu di kelas yang terbatas dan juga akan melatih siswa untuk mengelola waktu dengan baik.

Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan metode flipped classroom lebih baik?

Para siswa yang mempraktikkan metode ini motivasi belajarnya sangat tinggi, kreativitasnya meningkat, tanggungjawab meningkat, siswa lebih aktif dalam PBM di kelas, dan nilai akademiknya lebih baik jika dibandingkan cara belajar tradisional. Begitu juga para guru juga merasa punya waktu lebih untuk berinteraksi dengan siswa.

Dengan model ini, tujuan kita untuk membekali kemampuan siswa untuk berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), kemampuan berkomunikasi (comunication skills), dan berpikir kreatif dan inovatif (creative/innovative) dapat kita laksanakan dengan baik. Dan saya sebagai Guru tidak mendominasi waktu di kelas. Interaksi guru dan siswa semakin baik dan semakin menyenangkan.


 




Komentar