“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
- Bagaimana pandangan Ki
Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Jawab : Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Konsep pendidikan ini digagas Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) atas dasar kajiannya terhadap ilmu pendidikan (pedagogik) yang diperoleh dari tokoh pendidikan ternama mancanegara, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada yang di depan memberi teladan"), (2) Ing madya mangun karsa ("yang di tengah membangun kemauan"), (3) Tut wuri handayani ("dari belakang mendukung").Pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka
terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran adalah ketika seorang pendidik mampu menyadari bahwa dalam lingkungan
sekolah dihadapkan pada situasi dilema etika dan
bujukan moral. Berdasarkan keadaan tersebut maka seorang pendidik haruslah memiliki
kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari Ki
Hadjar Dewantara dengan cara menjadi sosok yang dapat menjadi teladan
yang positif, motivator, fasilitator dan mampu membentuk karakter
positif kepada murid untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Dalam
pengambilan keputusan guru juga dapat menggunakan 9 langkah dalam
pengujian dan pengambilan keputusan.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Jawab : Sebagai seorang pendidik tentunya kita harus memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, dan mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Selain itu sebagai seorang pendidik kita juga harus menanamkan serta menumbuhkan nilai-nilai dalam diri kita. Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.
Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan berpengaruh pada
prinsip-prinsip yang akan kita ambil nantinya dalam pengujian dan
pengambilan keputusan. Pada proses pengambilan keputusan, kita mengenal
tiga prinsip yang meliputi: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan
dengan nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Guru dalam memberikan
pelayanan dan pembelajaran juga harus memiliki rasa empati terhadap
murid agar murid memiliki rasa terbuka dan berminat terhadap
pembelajaran yang kita berikan, hal ini merupakan salah satu prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
- Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Jawab : Coaching merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat untuk memberikan solusi pada sebuah kondisi yang dihadapi oleh orang lain, tanpa kita harus mengguruinya, melainkan menggali segala potensi dalam diri Coachee sehingga dapat mengatai situasi yang dihadapinya. Kaitan antara pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat
efektif , karena dengan mempelajari materi coaching kita dapat
mempelajari cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik
mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam
menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami
oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah merupakan cara dalam
pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan
moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan
keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Jawab : Dalam menghadapi sebuah situasi dimana kita sebagai seorang pendididk diharuskan mengambil sebuah keputusan, maka dasar pengambilan keputusan tersebut harus berupa nilai-nilai kebajikan yang tidak
bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses
mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka
diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya
dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial
emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya
juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan
akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya. Sehingga apapun keputusan yang dibuat merupakan sebuah keputusan yang baik dan tidak merugikan pihak manapun.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Jawab : Sebagai seorang pendidik tentunya kita akan dihadapkan pada situasi
dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Penanganan
masalah pada studi kasus yang telah di sediakan memberikan contoh dan
praktik secara langsung merupakan situasi yang sering dijumpai di
sekolah baik yang dialami oleh peserta didik maupun rekan guru dalam proses
berinteraksi di sekolah. Adanya 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip resolusi dan 9
langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan merupakan tahapan yang sebaiknya digunakan dalam penyelesaian dilema etika.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Jawab : Dalam pengambilan keputusan memiliki arti yang penting untuk
berkembangnya sebuah organisasi atau satuan pendidikan. Pada pengambilan
keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap
organisasi atau lembaga ke arah yang lebih baik, berkembang dan mampu
mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam
pengambilan keputusan terjadi kesalahan, maka akan berdampak buruk bagi
organisasi atau lembaga tersebut, sehingga dalam melakukan pengambilan
keputusan harus berpedoman pada 4 paradigma, prinsip pengambilan
keputusan dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan
keputusan.
- Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Jawab : Sebuah perubahan tidaklah datang begitu saja, sebuah perubahan memerlukan proses yang tidaklah singkat, sebuah perubahan diawali dari sebuah keinginan dan dikerjakan sehingga perubahan tersebut dapat terwujud. Perlu adanya sosialisasi, dan berbagi praktik baik dalam penngambilan sebuah keputusan dan
komunikasi secara terus-menerus agar lingkungan yang
masih menggunakan paradigma lama akan memiliki pemahaman baru dan mampu
beradaptasi dengan adanya perubahan. Pengambilan keputusan atas adanya
perubahan maka perlu dilakukan dari hal kecil agar menjadi kebiasaan dan
budaya positif dalam lingkungan tersebut. Berpedoman pada visi
dan misi sekolah, diiringi dengan vsi dan misi sebagai guru penggerak maka pencapaian perubahan dapat
diterima oleh lingkungan atau warga sekolah. Kesulitan yang dihadapi adalah saat ada kemungkinan beberapa pihak yang tidak memahami tentang paradigma dalam sebuah situasi.
- Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Jawab : Sebagai seorang pendidik yang juga merupakan seorang pemimpin pembelajaran tentunya sudah memahami dasar dari perubahan yang salah satunya pembelajaran berpihak pada murid,
sehingga seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan pengambilan
keputusan mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses
pembelajaran di sekolah dan juga membagikan praktik baik dalam hal pengambilan keputusan.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Jawab : Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Seorang pendidik yang selalu
memberikan bantuan pembelajaran dan menjadi coach bagi peserta didiknya, akan selalu memperhatikan rencana jangka panjang yang akan dihadapi
seorang murid ketika terjun ke masyarakat, sehingga pendidik harus menjadi
motivator, coach dan fasilitator, serta memberikan pengaruh yang baik kepada murid agar
mampu beradaptasi dan memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan dan menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Jawab : Kesimpulan yang dapat diambil dari modul yang sudah saya pelajari ini
dan kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa sebagai guru
yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan komunitas praktisi
di lingkungan sekolah maka diharapkan mampu memiliki sikap among
berdasarkan Pratap Triloka yang dapat membantu peserta didik dalam mengenali potensi diri sebagai kekuatan dirinya dan menjadi teladan dan contoh yang baik bagi lingkungannya.
Selain itu, kemampuan seorang pendidik dalam mengambilan keputusan didasari oleh
kemampuannya dalam melaksanakan coaching, serta menyadari peran dan nilainya sebagai seorang pendidik yang tidak hanya berkutat pada tugas mengajar, melainkan juga mendidik sehingga pengambilan keputusan
yang diperoleh memberikan dampak positif bagi murid dan sekolah. Tujuan akhir dari setiap keputusan dan pendidikan yang diberikan adalah mewujudkan pelajar Indonesia sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Ternyata semua berperan penting dalam pengambilan keputusan, sehingga tidak ada yang merasa tak dianggap. Guru harus menyadari perannya dalam pembelajaran. Terimakasih untuk sharing nya.
BalasHapusBetul sekali bu..
Hapus